BLOGGER TEMPLATES AND Google Homepages »

Selasa, 27 Desember 2011

Japanese Holdout (Tentara Jepang yang menolak Menyerah)


Tentara Jepang yang menolak menyerah atau Tentara Jepang yang terpisahadalah para anggota Tentara Kekaisaran Jepang dalam Teater Pasifik yang setelahkapitulasi Jepang Agustus 1945 yang menandai akhir Perang Dunia II, secara tegas meragukan kebenaran penyerahan formal Kekaisaran Jepang karena prinsip dogmatis atau militeristik yang kuat, atau tidak menyadari hal itu karena komunikasi yang terputus karena strategi kampanye Lompatan Pulau yang dijalankan Amerika Serikat.
Walaupun perang telah berakhir, mereka terus berperang melawan pasukan pendudukan, dan kemudian juga polisi setempat, bertahun-tahun setelah perang berakhir. Tentara Jepang yang menolak menyerah lainnya juga menjadi sukarelawan dalam Perang Indocina Pertama dan Perang Kemerdekaan Indonesia.
Petugas Intelijen Hiroo Onoda, yang menyerah di Pulau LubangFilipina bulan Maret 1974, dan Teruo Nakamura, yang menyerah di Pulau Morotai di Indonesia pada bulan Desember 1974 tampaknya telah dikonfirmasi sebagai tentara Jepang terakhir yang menolak menyerah.

Daftar isi

 [sembunyikan]

[sunting]Tentara Jepang yang memisahkan diri setelah berakhirnya Perang Dunia II

[sunting]1945-1949

  • Kapten Sakae Oba, yang memimpin kompi 46 orangnya dalam aksi-aksi gerilya melawan pasukan AS setelah Pertempuran Saipan, tidak menyerah sampai 1 Desember 1945, tiga bulan setelah perang berakhir.
  • Mayor Sei Igawa (井 川 省) menjadi sukarelawan perwira staf dan komandan Viet Minh di Vietnam. Igawa tewas dalam pertempuran dengan pasukan Prancis pada tahun 1946. [1][2]
  • Letnan Angkatan Laut Hideo Horiuchi (堀 内 秀雄) menjadi sukarelawan Letnan Kolonel pejuang kemerdekaan sukarela Indonesia. Horiuchi ditangkap oleh tentara Kerajaan Belanda pada tanggal 13 Agustus 1946 saat luka-lukanya dirawat di sebuah desa setelah pertempuran dengan pasukan Belanda.
  • Letnan Ei Yamaguchi dan 33 prajuritnya muncul pada Peleliu pada akhir Maret 1947, menyerang detasemen Marinir yang ditempatkan di pulau itu. Bala bantuan kemudian dikirim bersama dengan seorang laksamana Jepang yang mampu meyakinkan mereka bahwa perang telah berakhir. Mereka akhirnya menyerah pada bulan April 1947.
  • Yamakage Kufuku dan Matsudo Linsoki, dua perwira penembak senapan mesin dari Angkatan Laut Kekaisaran Jepang, menyerah di Iwo Jima pada tanggal 6 Januari 1949.

[sunting]1950

  • Mayor Takuo Ishii (石井卓 雄) terus berjuang sebagai penasihat Viet Minh di Vietnam, perwira staf dan komandan. Ishii tewas dalam pertempuran dengan pasukan Perancis pada tanggal 20 Mei 1950[3][4]
  • Prajurit Satu Yuichi Akatsu terus berperang di Pulau Lubang dari 1944 sampai menyerah di desa Filipina dari Looc. Pada Maret 1950. [5]
  • Kopral Shoichi Shimada (岛 田庄 一) terus bertempur di Pulau Lubang sampai ia terbunuh dalam bentrokan dengan tentara Filipina bulan Mei 1954. [6]
  • Letnan Kikuo Tanimoto menjadi sukarelawan sebagai penasihat dan komandan Viet Minh di Vietnam. Tanimoto kembali ke Jepang pada tahun 1954, setelah kemerdekaan Vietnam.

[sunting]1960

  • Prajurit Bunzō Minagawa bertahan dari 1944 sampai bulan Mei 1960 di Guam[7]
  • Sersan Tadashi Itō, superior Minagawa, menyerah berhari-hari kemudian, 23 Mei 1960 di Guam. [8]

[sunting]1970


Letnan Hiroo Onoda
  • Kopral Shoichi Yokoi, yang bertugas di bawah Ito, ditangkap di Guam pada bulan Januari 1972. [9]
  • Prajurit Satu Kinshichi Kozuka bertahan dengan Onoda selama 28 tahun sampai ia terbunuh dalam sebuah baku tembak dengan polisi Filipina pada Oktober 1972. [10]
  • Letnan Hiroo Onoda, yang bertahan dari Desember 1944 sampai Maret 1974 di Pulau Lubang diFilipina dengan Akatsu, Shimada dan Kozuka, menyerah kepada mantan komandannya di bulan Maret 1974.[11]
  • Prajurit Teruo Nakamura ditemukan oleh TNI AU di Pulau MorotaiIndonesia dan menyerah ke patroli pencarian pada tanggal 18 Desember 1974.[12]

[sunting]Dalam budaya populer

0 komentar: